Beranda / Bisnis
Rupiah Diperkirakan Akan Kembali Menguat Pada Perdagangan Kamis Besok, Ini Faktornya
Terasjakarta.id - Kamis, 26 Januari 2023 | 17:19 WIB

rupiah yang di tampilkan oleh teller (ist)
Penulis : Archi
Editor : Archi
JAKARTA - TERASJAKARTA.ID, Kurs rupiah kembali ditutup menguat pada perdagangan Selasa (24/1), rupiah di pasar spot ditutup menguat 17,5 poin atau 0,12% ke level Rp 14.947 per dolar AS.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, Dolar bertahan mendekati level terendah delapan bulan terhadap rekan-rekannya pada hari Kamis, karena musim pendapatan perusahaan AS yang suram memicu kekhawatiran resesi dan karena para pedagang tetap waspada menjelang serangkaian pertemuan bank sentral minggu depan.
"Pendapatan dan panduan yang suram dari perusahaan-perusahaan AS dan serangkaian PHK sektor teknologi telah memperdalam kekhawatiran akan penurunan ekonomi yang tajam di Amerika Serikat, membuat investor mengurangi ekspektasi tentang berapa lama lagi Federal Reserve perlu menaikkan suku bunga secara agresif," jelasnya dalam keterangan resmi yang diterima, Kamis (26/1).
Baca Juga : Katalog Promo Superindo 26 Januari hingga 1 Februari 2023, Banyak Diskon untuk Ibu Rumah Tangga
Komite penetapan kebijakan The Fed akan memulai pertemuan dua hari minggu depan, dan pasar memperkirakan kenaikan suku bunga 25 basis poin (bps), turun dari kenaikan 50 bps dan 75 bps bank sentral yang terlihat tahun lalu. Menjelang itu, Departemen Perdagangan akan merilis perkiraan awal produk domestik bruto kuartal keempat AS pada hari Kamis.
Sementara itu, pasar mengharapkan pembuat kebijakan di Bank Inggris dan Bank Sentral Eropa (ECB), yang juga akan bertemu minggu depan, untuk memberikan kenaikan suku bunga 50 bps. ECB terlihat kemungkinan besar akan tetap hawkish.
Dari domestik, Bank Indonesia baru saja menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2023 dari 2,6 persen menjadi 2,3 persen. Ini tidak lepas dari tensi geopolitik yang masih tinggi, ketidakpastian ekonomi, hingga pengetatan kebijakan moneter di negara maju. Tapi di lain sisi, pencabutan kebijakan zero covid di Tiongkok bisa menjadi kabar baik.
Ekonomi nasional diyakini akan tetap tumbuh. BI memproyeksi di kisaran 4,5 persen – 5,3 persen. Penghapusan PPKM membuat keyakinan masyarakat meningkat. Mobilitas masyarakat meningkat dan konsumsi rumah tangga juga akan membaik. Begitu pula dengan investasi yang diperkirakan mengalami peningkatan.
Baca Juga : Keren Loreal Berdayakan Difabel dalam Kita Kantin dan Coffee Corner
Dalam menghadapi perlambatan ekonomi global di 2023, ada beberapa negara yang tetap solid. Salah satunya adalah negara yang memiliki hubungan, interaksi atau eksposur erat dengan Tiongkok.
Pelonggaran kebijakan di Tiongkok akan meningkatkan transaksi perdagangan, baik barang maupun jasa. Kemudian negara yang memiliki permintaan domestik tinggi, indikasinya adalah jumlah penduduk yang besar sehingga permintaan bisa tinggi,
Di tengah tren global yang semakin menurun karena pengaruh tensi geopolitik yang masih tinggi, maka negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah akan diuntungkan, karena harga komoditas ke depan masih akan tetap tinggi, meski harus diakui pertumbuhannya akan lebih lambat dibandingkan tahun 2022.
Baca Juga : 3 Perusahaan Raksasa Global yang Lakukan PHK Karyawan di Januari 2023, Ada Spotify
Ibrahim memproyeksikan pada perdagangan Jumat (27/1) rupiah kemungkinan akan dibuka berfluktuatif namun akan ditutup menguat berada di rentang Rp 14.920 per dolar as - Rp. 15.990 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
TERKAIT
TERPOPULER
