Beranda / Lifestyle

Salak dan Burung Elang Bondol yang Langka Sesungguhnya Jadi Ikon Jakarta, Ini Sejarahnya

Terasjakarta.id - Kamis, 4 Mei 2023 | 13:05 WIB

SHARE
Share Whatsapp Share Facebook Share Twitter Share Link
Salak dan Elang Bondol jadi ikon Jakarta. ( Foto: Pinterest)

Salak dan Elang Bondol jadi ikon Jakarta. ( Foto: Pinterest)

Penulis : Esil Yulinar
Editor : Esil Yulinar

JAKARTA, TERASJAKARTA.ID - Mungkin di pikiran beberapa orang, Monumen Nasional merupakan salah satu hal yang menjadi identiknya ikon atau maskot Ibu Kota DKI Jakarta.

Namun kalau bicara tentang maskot yang sesungguhkan bukanlah Monas melainkan salak condet dan burung elang bondol.

Tidak ada yang menyangka maskot yang sebenarnya adalah salak condet dan burung elang bondol.

Hal tersebut ditetapkan dalam Keputusan Gubernur Nomor 1796 Tahun 1989 tentang Penetapan Salak Condet dan Burung Elang Bondol sebagai identitas atau maskot DKI Jakarta. Berkas itu ditandatangani oleh Gubernur Wiyogo Admodarminto.

Baca Juga : Viral! Paus Orca yang Terancam Punah Terekam Ditemukan di Perairan Laut Sulawesi Utara

Saat itu keberadaannya yang langka menjadi latar belakang Pemprov DKI Jakarta menjadikan salak condet dan burung elang bondol sebagai maskot Ibu Kota.

Tujuannya agar masyarakat dapat mengenal serta melestarikan flora dan fauna itu.

Sejarah Salak dan Elang Bondol Jadi Ikon Jakarta

Salak Condet

Berdasarkan teks keputusan gubernur tersebut, salak condet (Saalacca Zalacca) adalah tanaman endemik di Jakarta. Salak ini termasuk jenis tumbuhan (flora) langka yang persebarannya terbatas di Kawasan Budaya Condet di Jakarta Timur.

Baca Juga : Sinopsis Drama China Go Ahead yang Bakal di Remake Jadi Versi Korea

Pada tahun 2007, Pemprov DKI Jakarta meresmikan Kebun Cagar Buah Condet (KCBC) sebagai tempat perlindungan salak condet yang memiliki buah dengan kulit sisik dan berwarna coklat kehitaman.

Dari segi rasa, salak condet ini unik karena memiliki tigas rasa sekaligus yaitu manis, asam, dan pahit.

Bahkan dari keunikan rasanya, presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno kerap menjadikan salak tersebut sebagai salah satu hidangan buah di Istina Negara.

Dan keistimewaan lain dari buah salah ini ialah umur produksinya yang panjang hingga mencapai 70 tahun.

Baca Juga : Sinopsis Film Hidden Blade, Kisah Hidup Pekerja Bawah Tanah

Tidak mengenal musim, salak condet ini tetap bisa berbuah di musim produksinya.

Untuk warga Jakarta yang ingin melihat perkebunan dan buah salak condek ini bisa mengunjungi KCBC sacara gratis. Perkebunan buah salak ini memiliki luas sekitar 3,7 hektar juga memiliki kurang lebih 3.000 tanaman salak yang produktif.

Sejarah Burung Elang Bondol

Elang bondol atau dengan nama mamalia Haliastur indus ini merupakan spesies langka dan persebarannya di DKI Jakarta terbatas pada gugus Kepulauan Seribu.

Baca Juga : Mengenal Trah Pitu Lakon di Film Sewu Dino, Simak Penjelasannya!

Burung elang ini memiliki kemampuan terbang yang sangat baik dan mata yang tajam untuk mencari mangsa.

Dalam Keputusan Gubernur Nomor 1796 Tahun 1989 juga tertulis bahwa perilaku itu dapat dijadikan simbol masyarakat Jakarta yang selalu bertindak dinamis, terampil, dan cepat.

Melansir dari arsip Kompas.com, elang bondol ini lebih mirip dengan burung pemakan bangkai daripada burung pemangsa seperti elang lainnya.

Elang ini memiliki ukuran sedang 43-51 cm dengan sayap lebar dan ekor pendek yang membulat saat direntangkan. Bagian kepala hingga bagian dadanya berwarna putih, selebihnya berwarna merah bata.

Baca Juga : Tata Cara Umrah Sesuai Sunnah Rasulullah SAW, Lengkap dengan Rukunnya

Burung Elang bondol ini bisa terbang pada ketinggian 20-50 meter di atas tanah. Selain berburu binatang datang burung elang ini juga pandai menangkap ikan, kepiting, dan katak.

Bahkaan menurut Ketua Jakarta Animal Aid Network atau JAAN Bevinka, elang ini dapat dijadikan sebagai indikator kebersihan suatu kawasan. Jika masih banyak elang di suatu kawasan berarti kawasan itu bersih dan bebas dari berbagai pencemaran.

Di wilayah Jakarta sendiri, burung elang bondol ini hanya terdapat di kawasan Kepulauan Seribu.

Baca Juga : Santet Janur Ireng di Film Bioskop Sewu Dino, Apa Itu?

Ambang Kepunahan Salak dan Elang Bondol

KCBC sendiri adalah salah satu dari sedikit tempat yang tersisa di Jakarta di mana salak Condet masih tumbuh.

Tanaman itu saat ini hanya terbatas ada di Kelurahan Balekambang, Condet. Padahal dulu hingga tahun 1980-an pohon salak condet ini mendominasi kebun-kebun milik warga di empat kelurahan Condet, yaitu Kelurahan Balekambang, Batuampar, Gedong dan Tengah.

Kemudian pada tahun 1990-an menandai awal dari titik balik nasib tanaman dalam keluarga palem. Arus Urbanisasi yang cepat di Ibu Kota sudah mendorong atau menyebabkan alih fungsi lahan besar-besaran menjadi kawasan pemukiman.

Pohon salak ditebang dan dibangun dinding rumah. Kawasan yang dulunya ditumbuhi salak ini berubah menjadi padat akan penduduknya.

Baca Juga : Memperingati Hari Kebebasan Pers Sedunia 2023, Ini Tema dan Sejarahnya

Selain itu menurut laporan Warta Kota, hanya beberapa ekor elang bondol yang terlihat di udara di kawasan Kepulauan Seribu. Padahal dulu burung ini cukup mudah ditemukan.

Bevinka menggambarkan ini sebagai "sesuatu yang perlu dikhawatirkan". Tahun demi tahun populasi elang bondol tersebut di Jakarta mengalami penurunan yang drastis.

"Baru pada tahun 2012 ini kami hanya menemukan sekitar 22 ekor elang bondol," kata pendiri Balai Konservasi Elang Bondol tersebut di Pulau Kotok, Kabupaten Kepulauan Seribu.

Baca Juga : Intip Bahaya Menggunakan Headphone Saat Tidur

Selain itu melansir dari laman Hijau Indonesia juga mengatakan bahwa keberadaan elang bondol ini semakin terancam dengan adanya mega proyek reklamasi di kawasan pinggiran Jakarta.

Bahkan Koordinator Komunitas IFOTA (Indonesia Friends of the Animals, Marison Guciano mengungkapkan bahwa elang bondol bukan burung migran yang suka berpindah tempat.

Dengan tuturnya, mengatakan, "Oleh karena itu mega proyek reklamasi 17 pulau buatan di bagian utara Jakarta yang menggusur habitat elang bondol dipastikan akan menyebabkan kepunahan maskot Jakarta ini.".

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

    SHARE
    Share Whatsapp Share Facebook Share Twitter Share Link